Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla Rabb semesta alam. Aku
bersaksi bahwa tiada ilâh yang patut disembah melainkan Allah Azza wa
Jalla semata. Tiada sekutu baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya manusia terbagi menjadi beberapa macam, ada yang
mencintai amal shalih dan menyibukkan diri dengannya siang dan malam.
Dan ada juga yang membenci dan menjauhinya. Ramadhan adalah bulan
maghfirah (ampunan), bulan dimana pintu surga dibuka, pintu-pintu
neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Ramadhan adalah lahan yang
subur bagi orang Mukmin. Wahai pencari kebaikan, sambutlah! Dan
Ramadhan merupakan saat bertaubat,kembali kepada Allah Azza wa jalla
bagi orang yang berbuat maksiat. Wahai pencari keburukan, berhentilah!
Dalam menyambut Ramadhan, manusia terbagi menjadi dua macam, yaitu:
Jenis pertama: orang yang merasa senang dengan kehadirannya, karena
dia telah membiasakan diri untuk mengerjakan puasa dan menyiapkan
dirinya untuk menanggung beban puasa. Maka, dia tidak merasa berat
ketika berpuasa. Bahkan ia akan mencela dirinya jika meninggalkannya.
Para Salafus shalih sering berpuasa (meninggalkan makan, minum dan
segala hal yang membatalkan- red) hingga menjadi terbiasa. Barang
siapa meninggalkan sesuatu karena Allah Azza wa Jalla, maka Allah Azza
wa Jalla akan memberikan ganti yang lebih baik darinya. Allah Azza wa
Jalla berfirman:
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ
(Kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan
amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu”
[al-Haqqah/69:24]
Sebagaimana membiasakan diri untuk berpuasa, dia juga membiasakan
qiyâmul lail (shalat malam) yang merupakan penjagaan malam sebagaimana
puasa juga merupakan penjagaan siang. Dalam qiyâmul lail terdapat
kesungguhan jiwa dan konsentrasi peribadatan sehingga bisa mengalahkan
setan; serta kabar gembira berupa balasan surga dan keselamatan dari
neraka. Qiyâmul lail adalah kemuliaan bagi seorang Mukmin dan syi‘ar
orang-orang shâlih. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Hendaknya kalian mengerjakan qiyâmul lail (shalat malam) karena itu
merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian. Ia merupakan
bentuk pendekatan diri kepada Rabb kalian, sebagai penghapus kesalahan
dan mencegah perbuatan dosa”.[1]
Mereka menyambut Ramadhan dengan banyak berdzikir kepada Allah Azza wa
Jalla dan membaca al-Qur‘ân dengan rutin, melaksanakan amar makruf dan
nahi mungkar, dan memberikan sedekah kepada orang-orang fakir dan yang
membutuhkan dan dengan memberikan buka kepada orang yang berpuasa.
Karena dengan memberi makan orang yang berpuasa, akan mendapatkan
pahala seperti orang yang berpuasa. Mereka menyibukkan diri mereka
dengan cara berdzikir dan mengkhatamkan al-Qur‘ân. Sehingga mereka
mendapatkan pahala yang sempurna pada akhir bulan, mendapatkan
lailatul qadr dan mendapatkan kemenangan dengan pahala dari Allah Azza
wa Jalla. Mereka berharap mendapatkan ampunan dari berbagai dosa.
Setelah keluar dari Ramadhan, keadaan mereka seperti ketika dilahirkan
dari perut ibu mereka. Mereka mendapatkan pahala pada hari iedul
fitri. Mereka menyelesaikan Ramadhan dalam keadaan mendapat ampunan.
Dan mereka adalah orang-orang yang berdoa kepada Allah Azza wa Jalla
selama berbulan-bulan agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan; karena
mereka mengetahui keutamaan bulan itu. Ramadhan merupakan saat-saat
kebaikan dan berlomba-lomba dalam mendekatkan diri.
Jenis kedua: orang-orang yang merasa berat dengan bulan ini. Bagi
mereka, Ramadhan itu menyusahkan.Mereka selalu menghitung jam, hari
dan malamnya. Mereka menunggu kepergiannya tanpa kesabaran.Mereka
merasa berat dengan Ramadhan karena mereka pemuja dunia dan kehinaan.
Perhatian mereka hanya terkait dengan perut saja. Mereka membenci
semua amalan yang menghalangi tuntutan perut mereka. Mereka adalah
orang yang meremehkan ketaatan, tidak membiasakan dan tidak pula
menyukainya.
Yang kita saksikan sekarang adalah banyak orang-orang semacam ini.
Apabila Ramadhan telah datang, mereka mulai menyiapkan diri dengan
berbagai makanan dan minuman. Menghabiskan malam untuk mengobrol,
mengerjakan perbuatan dan permainan serta mengucapkan perkataan yang
haram. Barang kali dosa mereka ketika bulan Ramadhan lebih banyak
daripada di luar Ramadhan. Malaikat Jibril mendoakan mereka agar
dijauhkan dari rahmat Allahk, karena mereka tidak peduli dengan
sebab-sebab ampunan yang banyak terdapat di bulan Ramadhan. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengaminkan doa Jibril. Ini adalah
doa yang pasti dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla.
Di antara bentuk rahmat Allah k kepada para hamba-Nya adalah bahwa
ibadah-ibadah itu bertujuan untuk memperbaiki seorang hamba, membuka
pintupintu kebaikan, menutup pintu-pintu neraka baginya. Barang siapa
yang tidak memperbaiki amalannya, maka amalannya terdapat kekurangan
atau mungkin tidak diterima oleh Allah Azza wa Jalla. Dalam hadits
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berapa banyak orang yang
berpuasa yang hanya mendapatkan rasa haus dan dahaga dalam puasanya,
dan berapa banyak orang yang mengerjakan qiyâmul lail hanya
mendapatkan bergadang dan rasa lelah saja dalam bangunnya”.[2]
Adakah kita melihat kondisi kita ketika menyambut Ramadhan membuat
bahagia dan menggugah untuk ditiru? Berlomba-lomba pada bulan itu
dengan berbagai amal shalih? Memenuhi seruan, ‘wahai pencari kebaikan
kemarilah’ dan ‘wahai pencari keburukan berhentilah? Apakah mereka
menyambutnya dengan memperbanyak membaca al-Qur`ân, berdzikir,
shadaqah, shalat dan amalan yang menguntungkan? Mudahmudahan saja
seperti itu.
Perlu diingat bahwa Ramadhan adalah peluang besar untuk membaca
al-Qur‘ân, dzikir, saling menasehati, shalat malam dan istighfar.
Ramadhan itu juga kesempatan bagi jiwa untuk bersungguhsungguh dalam
mengekang hawa nafsu, mengenalkan jiwa kepada kewajibannya;
menampakkan hakekatnya serta menghantarkannya kepada Rabbnya,
menjaganya dari syahwat dan membentenginya dari musuh serta berusaha
mensucikan jiwa. Ramadhan juga bulan derma bagi pemilik harta untuk
memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan, menghilangkan beban
orang yang terhimpit, bersikap dermawan kepada orangorang fakir dan
yang membutuhkan. Barangsiapa menyambut Ramadhan dengan mencari pahala
Allah Azza wa Jalla, maka dia akan beruntung.
Ya Allah Azza wa Jalla, terimalah dari kami. Sesungguhnya engkau
adalah Maha mendengar dan Maha mengetahui. Berilah kami taubat,
sesungguhnya engkau adalah Maha penerima taubat dan Maha penyayang.
Jadikanlah kami termasuk orang-orang yang tidak memiliki rasa takut
dan bersedih hati. Jadikanlah kami termasuk orang-orang yang
mendengarkan ucapan dan mengikuti yang baik dari ucapan itu. Jadikan
akhir amal kami adalah amal yang shalih. Jadikanlah sebaik-baik amal
kami pada akhirnya dan sebaik- baik amal kami adalah pada akhir hayat
serta sebaik-baik hari kami adalah pertemuan dengan-Mu. Sesungguhnya
engkau adalah Maha mendengar dan Maha mengabulkan
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XIII/1430H/2009M.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax
0271-858197]
Footnote
[1]. At-Tirmidzi kitab ad-Da‘awât bab doa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. al-Albâni rahimahullah mengatakan: shahîh hasan
[2]. Ahmad 2/373 dengan sanad jayyid
0 komentar:
Posting Komentar