Rabu, 16 Mei 2012

Sungguh banyak pertanyaan dari teman-teman tentang hukum pacaran menurut Islam. Bagi saya yang dibilang pacaran itu bukan harus berdua-duan, apalgi kalau tidak ada mahromnya. Boleh kita mengenali lawan jenis, tapi kita harus mengingat batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh Islam. Karena sebenarnya kita itu memang sudah fitrahnya untuk berpasang-pasangan.Lebih enak mendengarnya kalau kita mengatakan ta'aruf. Orang-orang terdahulu pun mengenal pacaran, tapi konsepnya bukan seperti pacaran di zaman kita, yang harus menuntut untuk selalu berdua. Mungkin tulisan ini insya Allah dapat menjelaskan kepada teman-teman tentang "pacaran" yang benar.Wallahu a'lam.. :)

Fiqih Pacaran
IbnuQayyim Al-Juziyah (atau Al-Jauziyyah) sungguhmenakjubkan.Inilah yang kami rasakanketikamembacabukuterjemahankitabbeliau, RaudhatulMuhibbiin, yang berjudul Taman Orang-orang JatuhCinta, terj.Bahrun AI Zubaidi, Lc (Bandung: IrsyadBaitus Salam, 2006).
Bagaimanatidakmenakjubkan? Di bukusetebal 930 halamantersebut, orang yang jatuhcintaditawari “rahmatdansyafaat” (hlm. 715 dst.). Selainitu, beliaumengarahkanpembacauntuk “menyeimbangkandoronganhawanafsudanpotensiakal” (hlm. 29 dst.). Hal-halsemacaminijarang kami temui di buku-bukupercintaan yang pernah kami baca.
Memang, sebagaimanaulama-ulamabesarlainnya, beliau pun menekankan “cintakepada Allah” dan “cintakarena Allah” (hlm. 550).Namun, beliauternyatajugamembicarakanfenomena “pacaranislami”, suatutopiksensitif yang seringdihindaribanyakulama.Beliaumengungkapkannya (bersama-samadenganpersoalan lain yang relevan) di sub-bab “Berbagaihadits, atsar, danriwayat yang menceritakankeutamaanmemeliharakesuciandiri” dan “Cinta yang sucitetapmenjadikebanggaan” (hlm. 607-665).
Di situ, kami jumpai istilah “pacaran” muncultujuh kali, yaitu di halaman 617, 621 (lima kali), dan 658. Adapunistilah-istilah lain yang menunjukkankeberadaanaktivitastersebutadalah “bercinta” (hlm. 650), “gayungbersambut” (hlm. 613), “salingmengutarakan rasa cinta” (hlm. 620-621), “mengapeli” (hlm. 642-643), “berdekatan” (hlm. 617), dansebagainya.
Sekurang-kurangnya, kami jumpaiada sembilan contoh praktekpacaranislami yang diceritakanolehIbnuQayyim di situ.Dari contoh-contohitu, dandariketeranganbeliau di bukutersebut, kami berusahamengenalicirikhas “pacaranislami” ala RaudhatulMuhibbiin.Inidiatujuhdiantaranya:
1.       mengutamakanakhirat
2.       mencintaikarena Allah
3.       membutuhkanpengawasan Allah dan orang lain
4.       menyimak kata-kata yang makruf
5.       tidakmenyentuh sang pacar
6.       menjagapandangan
7.       sepertiberpuasa
1) MENGUTAMAKAN AKHIRAT
Pada dua contoh, pelaku “pacaranislami” ditawarikenikmatanduniawi (zina), tetapimenolaknyadenganalasanayat QS Az-Zukhruf [43]: 67, “Teman-temanakrabpadahari [kiamat] itusebagiannyamenjadimusuhbagisebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (hlm. 616 dan 655) Maksudnya, mereka yang islamitulebihmemilihkenikmatanukhrawidaripadakenikmatanduniawi (ketikaduamacamkenikmataninibertentangan).
Adapunpadababterakhir, IbnuQayyim (denganberlandaskan QS Al-Insaan [76]: 12) menyatakan, “Barangsiapa yang mempersempitdirinya [di dunia] denganmenentangkemauanhawanafsu, niscaya Allah akanmeluaskankuburnyadanmemberinyakeleluasaan di harikemudian.” (hlm. 918)
2) MENCINTAI KARENA ALLAH
Pada suatucontoh, diungkapkansyair: “Sesunggguhnyaakumerasamalukepadakekasihkubilamelakukanhal yang mencurigakan; danjikadiajakuntukhal yang baik, aku pun berbuat yang baik.” (hlm. 656)
Syairtersebutmenggambarkanbahwapercintaannya “menghantarkannyauntukdapatmeraihridha-Nya” (hlm. 550).Menghindarihal yang mencurigakandanmenerimaajakanberbuatbaikitudiridhaiDia, bukan?
Lantas, apahubungannyadengan “cintakarena Allah”? Perhatikan:
Yang dimaksuddengancintakarena Allah ialahhal-hal yang termasukkedalampengertiankesempurnaancintakepada-Nyadanberbagaituntutannya, bukankeharusannya.Karenasesungguhnyacintakepada Sang Kekasihmenuntut yang bersangkutanuntukmencintai pula apa yang disukaiolehKekasihnyadanjugamencintaisegalasesuatu yang dapatmembantunyauntukdapatmencintai-Nyaserta menghantarkannyauntukdapatmeraihridha-Nya danberdekatandengan-Nya. (hlm. 550)
3) MEMBUTUHKAN PENGAWASAN ALLAH DAN ORANG LAIN
Pada suatucontoh, pelaku “pacaranislami” bersyair: “AkupunyaPengawas yang tidakbolehkukhianati; danengkau pun punyaPengawas pula” (hlm. 628).
Pada satucontohlainnya, Muhammad bin Sirinmengabarkanbahwa “dahulumereka, saatmelakukanpacaran, tidakpernahmelakukanhal-hal yang mencurigakan. Seoranglelaki yang mencintaiwanitasuatukaum, datangdenganterus-terangkepadamerekadanhanyaberbicaradenganmerekatanpaadasuatukemungkaran pun yang dilakukannya di kalanganmereka” (hlm. 621).
4) MENYIMAK KATA-KATA YANG MAKRUF
Pada suatucontoh, ‘Utsman Al-Hizamimengabarkan, “KeduanyasalingbertanyadanwanitaitumemintakepadaNushaibuntukmenceritakanpengalamannyadalambentuk bait-bait syair, makaNushaibmengabulkanpermintaannya, lalumendendangkan bait-bait syairuntuknya.” (hlm. 620)
Pada enam contoh, parapelakupacaranislami “salingmengutarakan rasa cintanyamasing-masingmelalui bait-bait syair yang indahdanmenarik” (hlm. 620-621).
Pada suatucontoh, pelakupacaranislamimengabarkan, “Demi Tuhan yang telahmencabutnyawanya, diasamasekalitidakpernahmengucapkan kata-kata yang mesumhinggakematianmemisahkanantaraakudan dia.” (hlm. 628)
5) TIDAK MENYENTUH SANG PACAR
Pada suatucontoh, pelakupacaranislamimenganggapjabattangan “sebagaiperbuatan yang tabu” (hlm. 628).
Pada dua contoh, pelakupacaranislamitidakpernahmenyentuhkantangannyaketubuhpacarnya. (hlm. 634)
Pada satucontoh lainnya, pelakupacaranislami “berdekatantetapitanpabersentuhan” (hlm. 621).
Sementaraitu, IbnuQayyimmengecamgayapacaranjahili di zamanbeliau. Mengutip kata-kata Hisyambin Hassan, “yang terjadipadamasasekarang, merekamasihbelumpuasdalamberpacaran, kecualidenganmelakukanhubungansebadan alias bersetubuh” (hlm. 621).
6) MENJAGA PANDANGAN
Di antaracontoh-contohitu, terdapat satukasus (hlm. 617) yang menunjukkanbahwasipelakupacaranislami “dapatmelihat” kekasihnya.Akan tetapi, IbnuQayyimtelahmengatakan “bahwapandangan yang dianjurkanoleh Allah SWT sebagaipandangan yang diberipahalakepadapelakunyaadalahpandangan yang sesuaidenganperintah-Nya, yaitupandangan yang bertujuanuntukmengenalTuhannyadanmencintai-Nya, bukanpandanganalasetan” (hlm. 241).
7) SEPERTI BERPUASA
IbnuQayyim menyimpulkan:
Demikianlahkisah-kisah yang menggambarkankesucianmerekadalambercinta.Motivasi yang mendorongmerekauntuk memeliharakesuciannya paling utamaialahmengagungkan Yang Mahaperkasa, kemudianberhasratuntukdapatmenikahibidadarinancantik di negeri yang kekal (surga). Karenasesungguhnyabarangsiapa yang melampiaskankesenangannya di negeriiniuntukhal-hal yang diharamkan, maka Allah tidakakanmemberinyakenikmatanbidadari nan cantik di negerisana…. (hlm. 650)
Olehkarenaitu, hendaklahseoranghambabersikapwaspadadalammemilihsalahsatu di antaraduakenikmatan [seksual] itubagidirinyadantiadajalan lain baginyakecualiharusmerasapuasdengansalahsatunya, karenasesungguhnya Allah tidakakanmenjadikanbagi orang yang menghabiskansemuakesenangandankenikmatandirinyadalamkehidupanduniaini, seperti orang yang berpuasadanmenahandiridarinyabuatnantipadahariberbukanyasaatmeninggalkanduniainimanakaladiabersuadengan Allah SWT. (hlm. 650-651)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Walgreens Printable Coupons