Sabtu, 03 November 2012
Senin, 08 Oktober 2012
Mari Sholawat kepada Nabi
Diantara hak Rasulullah yang
disyariatkan Allah kepada umatnya yaitu mereka yang mengucapkan sholawat dan
salam kepadanya. Penjelasan ini diperintahkan langsung oleh Allah dalam Q.S
Al-Ahzab:56 yang berbunyi :
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰٓٮِٕڪَتَهُ ۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّۚ
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ
تَسۡلِيمًا
سُوۡرَةُ الاٴحزَاب
سُوۡرَةُ الاٴحزَاب
"Sesungguhnya Allah dan para
malaikat-Nya bersholawat kepada nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawat
lah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."(Al-Ahzab:56).
Diriwayatkan bahwa makna sholawat
Allah kepada nabi adalah pujian atas beliau di hadapan para malaikat-Nya,
sedangkan bentuk sholawat para malaikat berarti mendoakannya, sedangkan
sholawat umatnya berarti permohonan ampun untuknya.(Demikian seperti yang
disebutkan Al-Bukhari dari Abul 'Aliyah).
Dari ayat di atas bahwasanya Allah
memuji Rasul di hadapan para malaikt-Nya dengan menyebut tentang kedudukan
Rasul di tempat yang tertinggi. Dan para malaikat seraya bersholawat mendoakan
untuknya. Kemudian Allah menyeru seluruh penghuni alam agar mengucapkan
sholawat dan salam atasnya, sehingga bersatulah pujian untuk beliau di alam
yang tertinggi dengan alam terendah (dunia).
melainkan, menghimpunnya menjadi satu yaitu Shollallahu 'alaihi wasallam
Nah, dari itu teman-teman,mari kita memperbanyak sholawat kepada Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam.Semoga kita dipertemukan oleh Allah dengannya di jannah kelak. Amin. :)
Ya, Allah... kami umat Muhammad
sangat rindu kepanya Ya Allah, pertemukanlah kami dengannya di syurga. Amin.
:'-)
Minggu, 24 Juni 2012
Jangan Galau, Allah Bersama Kita! Inilah 4 Ayat Anti Galau!
Oleh: Zakariya Hidayatullah
Mahasiswa STID Muhammad Natsir
Zaman sekarang berbagai masalah makin kompleks. Entah itu komplikasi dari masalah keluarga yang tak kunjung selesai, masalah hutang yang belum terbayar, bingung karena ditinggal pergi oleh sang kekasih, ataupun masalah-masalah lain. Semuanya bisa membuat jiwa seseorang jadi kosong, lemah atau merana.
“Galau!!” merupakan sebuah kata-kata yang sedang naik daun, di mana kata-kata itu menandakan seseorang tengah dilanda rasa kegelisahan, kecemasan, serta kesedihan pada jiwanya. Tak hanya laku di facebook atau twitter saja, bahkan di media televisi pun orang-orang seakan-akan dicekoki dengan kata-kata “galau” tersebut.
Pada dasarnya, manusia adalah sesosok makhluk yang paling sering dilanda kecemasan. Ketika seseorang dihadapkan pada suatu masalah, sedangkan dirinya belum atau tidak siap dalam menghadapinya, tentu jiwa dan pikirannya akan menjadi guncang dan perkara tersebut sudahlah menjadi fitrah bagi setiap insan.
Jangankan kita sebagai manusia biasa, bahkan Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam pun pernah mengalami keadaan tersebut pada tahun ke-10 masa kenabiannya. Pada masa yang masyhur dengan ‘amul huzni(tahun duka cita) itu, beliau ditinggal wafat oleh pamannya, Abu Thalib, kemudian dua bulan disusul dengan wafatnya istri yang sangat beliau sayangi, Khadijah bintu Khuwailid.
Sahabat Abu Bakar, ketika sedang perjalanan hijrah bersama Rasulullah pun di saat berada di dalam gua Tsur merasa sangat cemas dan khawatir dari kejaran kaum Musyrikin dalam perburuan mereka terhadap Rasulullah. Hingga turunlah surat At-Taubah ayat 40 yang menjadi penenang mereka berdua dari rasa kegalauan dan kesedihan yang berada pada jiwa dan pikiran mereka.
Jangan Galau, Innallaha Ma’ana!
Allah Ta’ala berfirman, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kami” (QS. At Taubah: 40)
Ayat di atas mungkin dapat menjadikan kita agar lebih merenungi lagi terhadap setiap masalah apapun yang kita hadapi. Dalam setiap persoalan yang tak kunjung terselesaikan, maka hadapkanlah semua itu kepada Allah Ta’ala. Tak ada satupun manusia yang tak luput dari rasa sedih, tinggal bagaimana kita menghadapi kesedihan dan kegalauan tersebut.
Adakalanya, seseorang berada pada saat-saat yang menyenangkan, tetapi, ada pula kita akan berada pada posisi yang tidak kita harapkan. Semua itu sudah menjdai takdir yang telah Allah Ta’ala tetapkan untuk makhluk-makhluk Nya.
Tetapi, Allah Ta’ala juga telah memberikan solusi-solusi kepada manusia tentang bagaimana cara mengatasi rasa galau atau rasa sedih yang sedang menghampiri jiwa. Karena dengan stabilnya jiwa, tentu setiap orang akan mampu bergerak dalam perkara-perkara positif, sehingga dapat membuat langkah-langkahnya menjadi lebih bermanfaat, terutama bagi dirinya lalu untuk orang lain.
Berikut ini adalah kunci dalam mengatasi rasa galau;
1. Sabar
Hal pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika menghadapi cobaan yang tiada henti adalah dengan meneguhkan jiwa dalam bingkai kesabaran. Karena dengan kesabaran itulah seseorang akan lebih bisa menghadapi setiap masalah berat yang mendatanginya.
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Qs. Al-Baqarah 153).
Selain menenangkan jiwa, sabar juga dapat menstabilkan kacaunya akal pikiran akibat beratnya beban yang dihadapi.
2. Adukanlah semua itu kepada Allah
Ketika seseorang menghadapi persoalan yang sangat berat, maka sudah pasti akan mencari sesuatu yang dapat dijadikan tempat mengadu dan mencurahkan isi hati yang telah menjadi beban baginya selama ini. Allah sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari:
“Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan” (QS. Al Fatihah 5).
Mengingat bahwa manusia adalah makhluk yang banyak sekali dalam mengeluh, tentu ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka semua itu akan meringankan beban berat yang selama ini kita derita.
Rasulullah shalallahi alaihi wasallam ketika menghadapi berbagai persoalan pun, maka hal yang akan beliau lakukan adalah mengadu ujian tersebut kepada Allah Ta’ala. Karena hanya Allah lah tempat bergantung bagi setiap makhluk.
3. Positive thinking
Positive thinking atau berpikir positif, perkara tersebut sangatlah membantu manusia dalam mengatasi rasa galau yang sedang menghinggapinya. Karena dengan berpikir positif, maka segala bentuk-bentuk kesukaran dan beban yang ada pada dalam diri menjadi terobati karena adanya sikap bahwa segala yang kesusahan-kesusahan yang dihadapi, pastilah mempunyai jalan yang lebih baik yang sudah ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya;
“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Qs Al-Insyirah 5-6).
4. Dzikrullah (Mengingat Allah)
Orang yang senantiasa mengingat Allah Ta’ala dalam segala hal yang dikerjakan. Tentunya akan menjadikan nilai positif bagi dirinya, terutama dalam jiwanya. Karena dengan mengingat Allah segala persoalan yang dihadapi, maka jiwa akan menghadapinya lebih tenang. Sehingga rasa galau yang ada dalam diri bisa perlahan-perlahan dihilangkan. Dan sudah merupakan janji Allah Ta’ala, bagi siapa saja yang mengingatnya, maka didalam hatinya pastilah terisi dengan ketenteraman-ketenteraman yang tidak bisa didapatkan melainkan hanya dengan mengingat-Nya.
Sebagaimana firman-Nya:
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28).
Berbeda dengan orang-orang yang lalai kepada Allah, yang di mana jiwa-jiwa mereka hanya terisi dengan rasa kegelisahan, galau, serta kecemasan semata. Tanpa ada sama sekali yang bisa menenangkan jiwa-Nya.
Tentunya, sesudah mengetahui tentang faktor-faktor yang dapat mengatasi persoalan galau, maka jadilah orang yang selalu dekat kepada Allah Ta’ala. Bersabar, berpikir positif, mengingat Allah, serta mengadukan semua persoalan kepada-Nya merupakan kunci dari segala persoalan yang sedang dihadapi. Maka dari itu, Janganlah galau, karena sesungguhnya Allah bersama kita. [voa-islam.com]
Rabu, 16 Mei 2012
Sungguh banyak pertanyaan dari teman-teman tentang hukum pacaran menurut Islam. Bagi saya yang dibilang pacaran itu bukan harus berdua-duan, apalgi kalau tidak ada mahromnya. Boleh kita mengenali lawan jenis, tapi kita harus mengingat batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh Islam. Karena sebenarnya kita itu memang sudah fitrahnya untuk berpasang-pasangan.Lebih enak mendengarnya kalau kita mengatakan ta'aruf. Orang-orang terdahulu pun mengenal pacaran, tapi konsepnya bukan seperti pacaran di zaman kita, yang harus menuntut untuk selalu berdua. Mungkin tulisan ini insya Allah dapat menjelaskan kepada teman-teman tentang "pacaran" yang benar.Wallahu a'lam.. :)
IbnuQayyim Al-Juziyah (atau Al-Jauziyyah)
sungguhmenakjubkan.Inilah yang kami
rasakanketikamembacabukuterjemahankitabbeliau, RaudhatulMuhibbiin,
yang berjudul Taman Orang-orang JatuhCinta,
terj.Bahrun AI Zubaidi, Lc (Bandung: IrsyadBaitus Salam, 2006).
Bagaimanatidakmenakjubkan?
Di bukusetebal 930 halamantersebut, orang yang jatuhcintaditawari
“rahmatdansyafaat” (hlm. 715 dst.). Selainitu, beliaumengarahkanpembacauntuk
“menyeimbangkandoronganhawanafsudanpotensiakal” (hlm. 29 dst.).
Hal-halsemacaminijarang kami temui di buku-bukupercintaan yang pernah kami
baca.
Memang,
sebagaimanaulama-ulamabesarlainnya, beliau pun menekankan “cintakepada Allah”
dan “cintakarena Allah” (hlm. 550).Namun,
beliauternyatajugamembicarakanfenomena “pacaranislami”, suatutopiksensitif yang
seringdihindaribanyakulama.Beliaumengungkapkannya (bersama-samadenganpersoalan
lain yang relevan) di sub-bab “Berbagaihadits, atsar, danriwayat yang menceritakankeutamaanmemeliharakesuciandiri”
dan “Cinta yang sucitetapmenjadikebanggaan” (hlm. 607-665).
Di situ, kami jumpai istilah “pacaran” muncultujuh kali, yaitu di halaman
617, 621 (lima kali), dan 658. Adapunistilah-istilah lain yang menunjukkankeberadaanaktivitastersebutadalah
“bercinta” (hlm. 650), “gayungbersambut” (hlm. 613), “salingmengutarakan rasa
cinta” (hlm. 620-621), “mengapeli” (hlm. 642-643), “berdekatan” (hlm. 617),
dansebagainya.
Sekurang-kurangnya, kami jumpaiada sembilan contoh praktekpacaranislami
yang diceritakanolehIbnuQayyim di situ.Dari contoh-contohitu,
dandariketeranganbeliau di bukutersebut, kami berusahamengenalicirikhas
“pacaranislami” ala RaudhatulMuhibbiin.Inidiatujuhdiantaranya:
1. mengutamakanakhirat
2. mencintaikarena
Allah
3. membutuhkanpengawasan
Allah dan orang lain
4. menyimak
kata-kata yang makruf
5. tidakmenyentuh
sang pacar
6. menjagapandangan
7. sepertiberpuasa
1)
MENGUTAMAKAN AKHIRAT
Pada dua contoh,
pelaku “pacaranislami” ditawarikenikmatanduniawi (zina),
tetapimenolaknyadenganalasanayat QS Az-Zukhruf [43]: 67,
“Teman-temanakrabpadahari [kiamat] itusebagiannyamenjadimusuhbagisebagian yang
lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (hlm. 616 dan 655) Maksudnya, mereka
yang islamitulebihmemilihkenikmatanukhrawidaripadakenikmatanduniawi
(ketikaduamacamkenikmataninibertentangan).
Adapunpadababterakhir,
IbnuQayyim (denganberlandaskan QS Al-Insaan [76]: 12) menyatakan, “Barangsiapa
yang mempersempitdirinya [di dunia] denganmenentangkemauanhawanafsu, niscaya
Allah akanmeluaskankuburnyadanmemberinyakeleluasaan di harikemudian.” (hlm.
918)
2)
MENCINTAI KARENA ALLAH
Pada suatucontoh,
diungkapkansyair: “Sesunggguhnyaakumerasamalukepadakekasihkubilamelakukanhal
yang mencurigakan; danjikadiajakuntukhal yang baik, aku pun berbuat yang baik.”
(hlm. 656)
Syairtersebutmenggambarkanbahwapercintaannya
“menghantarkannyauntukdapatmeraihridha-Nya” (hlm. 550).Menghindarihal yang
mencurigakandanmenerimaajakanberbuatbaikitudiridhaiDia, bukan?
Lantas,
apahubungannyadengan “cintakarena Allah”? Perhatikan:
Yang
dimaksuddengancintakarena Allah ialahhal-hal yang termasukkedalampengertiankesempurnaancintakepada-Nyadanberbagaituntutannya,
bukankeharusannya.Karenasesungguhnyacintakepada Sang Kekasihmenuntut yang
bersangkutanuntukmencintai pula apa yang
disukaiolehKekasihnyadanjugamencintaisegalasesuatu yang dapatmembantunyauntukdapatmencintai-Nyaserta menghantarkannyauntukdapatmeraihridha-Nya danberdekatandengan-Nya.
(hlm. 550)
3)
MEMBUTUHKAN PENGAWASAN ALLAH DAN ORANG LAIN
Pada suatucontoh,
pelaku “pacaranislami” bersyair: “AkupunyaPengawas yang tidakbolehkukhianati;
danengkau pun punyaPengawas pula” (hlm. 628).
Pada satucontohlainnya,
Muhammad bin Sirinmengabarkanbahwa “dahulumereka, saatmelakukanpacaran,
tidakpernahmelakukanhal-hal yang mencurigakan. Seoranglelaki yang
mencintaiwanitasuatukaum,
datangdenganterus-terangkepadamerekadanhanyaberbicaradenganmerekatanpaadasuatukemungkaran
pun yang dilakukannya di kalanganmereka” (hlm. 621).
4)
MENYIMAK KATA-KATA YANG MAKRUF
Pada suatucontoh,
‘Utsman Al-Hizamimengabarkan,
“KeduanyasalingbertanyadanwanitaitumemintakepadaNushaibuntukmenceritakanpengalamannyadalambentuk
bait-bait syair, makaNushaibmengabulkanpermintaannya, lalumendendangkan
bait-bait syairuntuknya.” (hlm. 620)
Pada enam contoh,
parapelakupacaranislami “salingmengutarakan rasa cintanyamasing-masingmelalui
bait-bait syair yang indahdanmenarik” (hlm. 620-621).
Pada suatucontoh,
pelakupacaranislamimengabarkan, “Demi Tuhan yang telahmencabutnyawanya,
diasamasekalitidakpernahmengucapkan kata-kata yang
mesumhinggakematianmemisahkanantaraakudan dia.” (hlm. 628)
5)
TIDAK MENYENTUH SANG PACAR
Pada suatucontoh,
pelakupacaranislamimenganggapjabattangan “sebagaiperbuatan yang tabu” (hlm.
628).
Pada satucontoh lainnya,
pelakupacaranislami “berdekatantetapitanpabersentuhan” (hlm. 621).
Sementaraitu,
IbnuQayyimmengecamgayapacaranjahili di zamanbeliau. Mengutip kata-kata
Hisyambin Hassan, “yang terjadipadamasasekarang,
merekamasihbelumpuasdalamberpacaran, kecualidenganmelakukanhubungansebadan
alias bersetubuh” (hlm. 621).
6)
MENJAGA PANDANGAN
Di antaracontoh-contohitu, terdapat satukasus (hlm.
617) yang menunjukkanbahwasipelakupacaranislami “dapatmelihat” kekasihnya.Akan
tetapi, IbnuQayyimtelahmengatakan “bahwapandangan yang dianjurkanoleh Allah SWT
sebagaipandangan yang diberipahalakepadapelakunyaadalahpandangan yang
sesuaidenganperintah-Nya, yaitupandangan yang
bertujuanuntukmengenalTuhannyadanmencintai-Nya, bukanpandanganalasetan” (hlm.
241).
7)
SEPERTI BERPUASA
IbnuQayyim menyimpulkan:
Demikianlahkisah-kisah
yang menggambarkankesucianmerekadalambercinta.Motivasi yang
mendorongmerekauntuk memeliharakesuciannya paling
utamaialahmengagungkan Yang Mahaperkasa,
kemudianberhasratuntukdapatmenikahibidadarinancantik di negeri yang kekal
(surga). Karenasesungguhnyabarangsiapa yang melampiaskankesenangannya di
negeriiniuntukhal-hal yang diharamkan, maka Allah
tidakakanmemberinyakenikmatanbidadari nan cantik di negerisana…. (hlm. 650)
Olehkarenaitu,
hendaklahseoranghambabersikapwaspadadalammemilihsalahsatu di antaraduakenikmatan
[seksual] itubagidirinyadantiadajalan lain
baginyakecualiharusmerasapuasdengansalahsatunya, karenasesungguhnya Allah
tidakakanmenjadikanbagi orang yang
menghabiskansemuakesenangandankenikmatandirinyadalamkehidupanduniaini, seperti orang
yang berpuasadanmenahandiridarinyabuatnantipadahariberbukanyasaatmeninggalkanduniainimanakaladiabersuadengan
Allah SWT. (hlm. 650-651)